Rabu, 18 November 2009

Ketika Sakit Merupakan Nikmat dan Anugerah


Ketika sakit menghampiri kita, ada dua hal yang mesti kita ingat:
Bahwa sakit yang kita alami ini datang dari Allah Subhanahu wa Ta'ala ''Tiada sesuatupun bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu bergembira terhadap apa yang diberikanNya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi menyombongkan diri.'' (Al-Hadid:22-23)

Di balik sakit yang kita alami, terdapat hikmah dan faidah yang besar, yang itu baik dan bermanfaat untuk kita. Tentunya apabila ketika sakit itu datang kita hadapi dengan kesabaran. Diantara hikmah dan faidahnya adalah:

Diampuni dosa dan kesalahan ''Setiap musibah yang menimpa mukmin, baik berupa wabah, rasa lelah, penyakit, rasa sedih, sampai kekalutan hati, pasti Allah menjadikannya pengampun dosa-dosanya.'' (HR. Bukhari-Muslim)

''Tidaklah seorang Muslim ditimpa gangguan berupa penyakit dan lain-linnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon yang menggugurkan daunnya.'' (Bukhari-Muslim)

Ditinggikan derajatnya''Tidaklah seorang mukmin tertusuk duri atau yang lebih kecil dari duri, melainkan ditetapkan baginya satu derajat dan dihapuskan darinya satu kesalahan.'' (Diriwayatkan Muslim)

Dari Aisyah, dia berkata: ''Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda (yang artinya): ''Tidaklah seorang Mukmin itu tertimpa penyakit encok sedikit pun, melainkan Allah menghapus darinya satu kesalahan, ditetapkan baginya satu kebaikan dan ditinggalkan baginya satu derajat.''

Dari Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu, dia berkata Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda (yang artinya): ''Sesungguhnya seseorang benar-benar memiliki kedudukan di sisi Allah, namun tidak ada satu amal yang bisa menghantarkannya ke sana. Maka Allah senantiasa mencobanya dengan sesuatu yang tidak disukainya, sehingga dia bisa sampai ke kedudukan itu.''

Allah berfirman: 'Hai anak Adam, jika engkau sabar dan mencari keridhaan pada saat musibah yang pertama, maka Aku tidak meridhai pahala bagimu selain surga.'

Wahai Saudaraku, bukankah sakit merupakan bagian dari musibah?

Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu, dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, bahwa beliau menjenguk seseorang yang sedang sakit demam, yang disertai Abu Hurairah. lalu beliau bersabda (yang artinya): ''Bergembiralah, karena Allah Azza wa Jalla berfirman, 'Inilah neraka-Ku. Aku menganjurkannya menimpa hamba-Ku yang mukmin di dunia, agar dia jauh dari neraka pada hari akhirat.''

Menjadikan kita ingat kepada Allah dan kembali kepada-NyaBiasanya ketika seseorang dalam keadaan sehat wal afiat, suka tenggelam dalam kenikmatan dan syahwat. Menyibukkan diri dalam urusan dunia dan melalikan Allah, yang tidak jarang terjerumus dalam kemaksiatan dan kedurhakaan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ketika Allah mencobanya dengan sakit atau musibah lain, dia akan ingat kepada Allah, bertobat, dan kembali memenuhi hak-hak Allah yang telah dia tinggalkan.

Dari Abdurrahman bin Sa'id, dari bapaknya, dia berkata, ''Aku bersama Salman menjenguk orang yang sedang sakit di Kandah. Tatkala Salman memasuki tempat tinggalnya, dia berkata, ''Bergembiralah, karena sakitnya orang mukmin itu akan dijadikan Allah sebagai penebus dosanya dan penyebab kewaspadaannya. Sedangkan sakitnya orang fajir itu laksana keledai yang diikat pemiliknya, kemudian dia melepaskannya kembali, namun keledai itu tidak tahu mengapa ia diikat dan mengapa ia dilepas.''
Maksudnya, penyakit itu merupakan penebus dosa bagi orang mukmin dan penyebab taubat dan kesadarannya dari kelalaian. Berbeda dengan orang-orang fajir, yang tetap durhaka, tidak terpengaruh oelah penyakitnya dan tidak mua kembali kepada Rabb-nya. Dia tidak tahu kalau penyakit itu menimpa dirinya, agar dia sadar dari kelalaian dan agar kembali kepada kebenaran. Ibaratnya seekor keledai yang dipegang dan diikat, kemudian dilepas kembali, namun ia tidak tahu mengapa ia diikat lalu dilepas lagi.

Menjadikan kita sabar
Semakin berat penderitaan, semakin pahala dilipatkan. Sahabat Abdullah bin Mas'ud Radhiallahu 'Anhu berkata: Saya menjenguk Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sedangkan beliau sedang menahan sakit karena demam, saya berkata: ''Wahai Rasulullah, sungguh engkau kelihatan sedang menahan rasa sakit yang berat?'' Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata: ''Benar, sesungguhnya saya sedang menahan sakit sebagaimana dua orang di antara kalian.''Abdullah berkata: Saya berkata: ''Hal itu karena engkau mendapatkan dua pahala.'' Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjawab: ''Benar'', kemudian beliau melanjutkan: ''Tidak ada seorang muslim tertimpa musibah baik itu sakit atau lainnya kecuali Allah menghapus kesalahan-kesalahnnya sebagaimana pohon menjatuhkan daunnya.'' (HR. Bukhari-Muslim)

Hadits di atas memberikan penjelasan kepada kita bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menetapkan bahwa apabila penyakit bertambah berat maka pahalanya dilipatgandakan dan pelipatgandaan ini terus meningkat sampai terhapusnya kesalahan-kesalahan semuanya. Dengan kata lain beliau berkata: Beratnya penyakit mengangkat derajat, menghapuskan kejelekan-kejelekan tanpa tersisa.Apabila kita memahami hal ini, yaitu rasa sakit atau musibah lainnya dapat menghapus dosa kita dan mengangkat derajat kita; maka hendaklah kita bersabar dan ridho terhadap hal tersebut agar kita mendapatkan apa yang dijanjikan Allah terhadap orang yang bersabar: ''Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar.'' (Ali Imran:146)
''Sesungguhnya hanya kepada orang-orang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.'' (Az-Zumar:10)

''Sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu, (sambil mengucapkan): 'Keselamatan atas kesabaranmu.' Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.'' (ar-Raad: 23-24)

Apakah ini bukan suatu kemuliaan?
Bukankah ini merupakan derajat yang tinggi?
Tidakkah kita menginginkan sakit yang kita alami menjadi suatu kenikmatan dan anugerah yang besar?
Jangan biarkan semua janji-janji tersebut...hilang begitu saja.... Jangan biarkan...kesempatan sudah ada di depan mata, namun kita tak sanggup meraihnya....
''Sungguh unik perkara orang mukmin, sesungguhnya semua perkaranya adalah baik. Jika ia mendapat kebahagiaan, ia bersyukur dan jika ia mendapat ujian ia bersabar, maka (hal itu) merupakan kebaikan baginya.'' (HR.Muslim)

Hadits Tentang Sakit dan Mengunjungi Orang Sakit

Sesungguhnya Allah SWT berfirman pada hari kiamat, "Hai.. anak Adam, Aku sakit, tetapi kalian tidak menjengukKU?". "Ya Rabbi bagaimana aku menjenguk padaMu padahal Engkau Robbul Alamin (Tuhan semesta alam).


Firman Tuhan : "Apakah anda tidak mengetahui bahwa hambaKu fulan sakit, dan anda tidak menjenguknya, apakah anda tidak mengetahui sekiranya anda menjenguk pada­nya pasti anda mendapatkan Aku padanya (pahalaKu yang tidak terhingga besarnya)". (H.R. Muslim).

Sesungguhnya orang yang menjenguk orang sakit itu akan dinaungi oleh Allah SWT dengan tujuh puluh lima ribu Malaikat. (R. Ath-Thabarani).

Rasulullah SAW bersabda, "Tiga macam, ketiga-tiganya kewajiban tiap muslim; menjenguk orang sakit dan menghadiri janazah, dan mendo'akan orang bersin jika membaca Alhamdulillah. (H.R. Bukhari).
Jika seorang menjenguk saudara sesama muslim diwaktu pagi maka akan dido'akan oleh tujuh puluh ribu Malaikat hingga sore, dan jika menjenguk diwaktu sore maka akan dido'akan oleh' tujuh puluh ribu Malaikat hingga pagi. (R. Ahmad).

Menjenguk orang sakit itu sangat dianjurkan, bahkan ia sebagai sunnat yang mu'akkad. Dan menjenguk saudara muslim sakit pada hari jum'at lebih afdhal dari lain-lainnya. Dan sunnat bagi orang yang menjenguknya menyenangkan hati orang yang sakit, dengan menyebut pahalanya penyakit, dan menganjurkan sabar, dan jangan sampai mengeluh dalam rintihannya, dan supaya banyak dzikir, kemudian minta doa dari orang yang sakit (saling mendoakan) karena hadits yang menyatakan bahwa do'a orang sakit itu sama dengan do'a Malaikat.

Juga tersebut dalam hadits bahwa Nabi SAW jika menjenguk orang sakit bersabda : "Laa ba'sa thahurun insya Allah (Tidak apa, penyak'itmu menjadi penebus dosa, dan akan membersihkan kamu dari dosa-dosamu).

"Dalam hadits yang shahih, Nabi SAW ber­sabda, "Siapa yang membaca As'alu Allahal adhiem, rabbal arsyil adhiem an yasy fiyaka 7 x. (Saya mohon kepada Allah yang maha agung, yang mempunyai arsy yang besar, semoga menyembuhkan anda 7 x) untuk orang sakit yang belum tiba ajalnya, pasti Allah akan menyembuhkannya dari penyakitnya.

Nabi s.a.w. bersabda :"Tiada seorang mu'min yang ditimpa oleh lelah atau pe­nyakit, atau risau fikiran atau sedih hati, sampaipun jika terkena duri, melainkan semua penderitaan itu akan di­jadikan penebus dosanya oleh Allah. (HR Bukhari-Muslim)

Nabi s.a.w. bersabda : "Seorang mu'min jika sakit, kemudian sembuh, maka penyakit itu menjadi penebus dosanya, dan peringatan dalam menghadapi masa depannya, sebaliknya orang munafik jika sakit lain sembuh, maka ia bagaikan onta yang diikat kemudian dilepas oleh majikannya, ia tidak mengtahui mengapa diikat dan mengapa dilepas ". (HR Abu Dawud)

Nabi s.a.w. bersabda : "Siapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah padanya, maka diberinya bala' (ujian).

Nabi s.a.w. bersabda : "Akan dihadapkan orang-orang yang mati syahid untuk dihisab, kemudian orang-orang ahli sedekah juga untuk dihisab (diadakan perhitungan amal) kemudian dihadapkan orang-orang ahli bala' (orang mukmi yang menerima bala', dan bagi mereka ini tidak ada timbangan amal atau hisab, sedangkan pahala dituangkan pada mereka ini sepuas-puasnya sehingga orang-orang yang sehat dan tidak menderita itu ingin andaikan mereka diguntingi badan mereka dengan gunting (yakni mereka akan rela) karena melihat betapa besar pahala Allah bagi orang yang menderita bala' itu". (HR Ath-Thabarani)

"Jika sakit seorang hamba hingga tiga hari, maka keluar dari dosa-dosanya sebagaimana keadaannya ketika baru lahir dari kandungan ibunya. (HR Ath-Thabarani)

"Siapa yang dapat menyembunyikan sakit panasnya satu hari saja, maka Allah akan melepaskannya dari dosa-dosanya bagaikan keadaannya ketika baru lahir dari kandungan ibunya. Dan dicatat untuk bebas dari neraka, ditutupinya sebagaimana ia menutupi bala' Allah didunia (ya'ni bala' yang dideritanya ketika hidup di dunia)". (HR Abi Dunya)

"Sesungguhnya penyakit pening kepala dan panas dalam itu selalu berjangkit pada seorang mu'min yang dosanya sebesar bukit uhud, maka tidak terhenti penderitaan itu sehingga tidak ada sisa dari dosa-dosanya itu walau seberat biji sawi". (HR Ahmad & Ath-Thabarni)

"Penyakit panas itu menjaga tiap mu'min dari neraka, dan panas semalam cukup dapat menebus dosa setahun (HR Al-Qadha’i)

"Penyakit panas (demam) itu alat peniup jahannam, maka jauhkan dari kamu dengan air -dingin. (HR Ibn Majah)

Siapa yang mati karena sakit perut (berak-berak/muntaber) tidak akan disiksa dalam kubur". (HR Ahmad, At-Tirmidzi & An-Nasa’i)

"Siapa yang menderita mushibah (bala') pada diri dan hartanya, lalu disembunyikannya, dan tidak mengeluh pada orang-orang, maka ia berhak untuk diampunkan oleh Allah' ta'alla".

Rasulullah s.a.w. ber­sabda, "Bukan dari ummatku orang-orang yang memukul-mukul; mukanya, dan merobek bajunya, dan mengeluh dengan kebiasaan jahiliyah. (ya'ni semua itu ketika menghadapi mushibah). (H.R. Bukhari, Muslim).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar